Wednesday, April 21, 2010

Secawan Lembut

asajad

Lembut kulitmu halus. Lemek dagingmu terbungkus. Lemet dalam kenyal terbungkus crispi yang renyah. Halwa tercipta dalam setiap hisapan bibirmu. Bungur kokoh tertancap berdiri, ketika sentuhan itu membawa semua rasa tumbuhan bengle. Tumbang perlahan, menyisakan cairan karet yang mengalir dari guratan kayu. Mengobati luka-luka yang tak terasa. Memberi minum dahagaku dalam bengong. Bengu udara melahap nafasku.

Ketika luntur lembutmu masih tersisa kenang. Renyah kripik yang tersisa dalam piramida terbalik. Menerima segala yang terjatuh dalam nampanmu. Walau tak jua kau buang. Dia akan layu jika tak segera kau kembalikan.

Berdiri.... Cepatlah kembali. Sebelum cahaya matahari menghanguskan embun-embun. Dan air matamu mengalir, kau biarkan membanjir. Usaplah saja.

Tapi jika tak mau. Endapkan lemah tubuhmu. Dalam cangkir kristal pernah dipanggang bara api itu. Pernah luluh lantak mencair seperti air, dalam wajan kuning kemerahan. Lelah terbakar, hingga meleleh. Tapi kini, kau lihat kristal itu bening putih, dingin dan penuh lekukan indah. Bercahaya.