Saturday, April 21, 2012

Jurai yang Indah

asajad

Jura yang kau lidas di lidah, menjadi ludah yang jatuh di jurang. Tak ada juri, sebab juragan sedang tidur di atas ranjang berjuraian. Bersama lidi yang ligas di samping lugas. Kapuk randu yang keras memantul pasti. Tempat pembaringan yang penuh peluh. Jangan kapok tidur di kapuk, sebab karat tak bisa membuat karang. Hanya keren yang ditarik dibawahnya, membuat sembelit, antara benang wol yang menjahit gundukan empuknya.

Kasur itu dari karibia. Bersahabat karib dengan kargo terukir kerupuk. Kapuk yang kapok dengan kapak yang ingin menghancurkan kayu. Kapurancang berdendang menyiangi empuknya kapu-kapu. Kapung dikepung dalam keping rongga udara.

Randu itu merindu dalam diam. Rindu dalam rindang daun-daun yang merajuk angin sepoi-sepoi . Rindu merinding di balik dinding. Bukan badai yang ditunggu. Tapi cinta langit yang biru dalam ragam warna yang kenyal merindu.

Seragam tak harus regang. Cukup renggang yang menghabiskan regel. Asmaragama sajalah yang mencipta keragaman senyum yang terkulum manis asam asin. Tambahkan cabe dan terasi, maka kecup terasa kecut, begitupun bibir cumi-cumi yang muram itu sekonyong-konyong mendaki bukit curam yang curai.

Cukil cakil tukil nukil ku nyanyian kukila. Burung mynah yang meringis di ujung ranting. Menyapa pagi ceria di hati. Jangan buru-buru buruh nanti dijus. Buah jambu yang jatuh di tanah. Diwadahi celana cutbrai. Baju kebanggan yang terdiri dari wadah wadal tubuh manusia.

Lahirkan pesta dalam wadat yang menggunung. Memberi percikan cinta dalam laharnya yang hangat-hangat kuku. Waduh, jangan kaku, cinta. Empukkan pipimu dengan bedak dan pupur. Jangan pupus hanya karena angin puputan. Ambil kapur dalam botol pura-puraku. Tuliskan di papan tulis itu beberapa pupuh yang indah bersama debu-debu dan derit goresan kayu yang memekakkan.

Curat mencurat coret, curing coreng menggoreng.

Maret 2008

No comments:

Post a Comment